Ketegaran dan ketabahan terpancar dari
langkah kakinya di pasir berdebu nan panas. Pakaiannya kotor oleh pasir
dan cipratan darah di gurun itu. Matanya meneteskan butiran air yang
hangat dan dibiarkannya hal itu. Langkah kakinya berjalan dengan pelan
pelan dan sangat hati hati karena puluhan jasad tak bernyawa kini telah
mengelilinginya. Tiba kini sudut matanya menangkap sesosok jasad
tergeletak. Jasad itu bertubuh besar dan tubuhnya dipenuhi dengan luka
yang tak wajar. Hidungnya terpotong, telinganya hilang dan dadanya
terkoyak dengan sayatan lebar dengan jantung sudah hilang dari
tangkainya. Innalillahi wainnailaihi ra’jiun. Jenazah yang syahid itu
adalah Paman Rasulullah Hamzah bin Abdul Muttalib. Dan wanita yang kini
ada disampingnya adalah saudaranya, Shafiyah binti Abdul Muttalib r.a
Shafiyah binti Abdul Muttalib, ibu
sahabat Zubair bin Awaam, beliau menikah pertama kali dengan Al Haarits
bin Harb, lalu ditinggal mati dan menikah lagi dengan Al ‘Awam dan
melahirkan Zubair. Beliau masuk islam dan ikut berhijrah. Beliau wafat
tahun 20 H di Madinah dan dimakamkan di Baqi’
Kembali ke medan Uhud….Hamzah r.a telah
syahid di medan Uhud akibat tombak seorang budak bernama Wahsyi. Dia di
bunuh dengan cara yang licik.
Shafiyah mendengar berita kematian
saudaranya ini. Maka dia pun datang ke medan pertempuran mencarinya.
Rasul SAW melihat dan mengetahui bahwa bibinya akan menghadapi situasi
yang sulit bila melihat Hamzah dalam keadaan itu. Maka beliau berkata
kepada puteranya, Zubair bin Awwam:”Datangi ibumu dan suruh agar dia
kembali supaya tidak menyaksikan keadaan saudaranya itu.” Kemudian
Zubair pergi dan berkata kepadanya dengan suara tenang namun sedih
:”Wahai, Ibuku, sesungguhnya Rasulullah SAW menyuruhmu kembali.”
Shafiyah menjawab dengan penuh sabar
“Mengapa aku harus kembali? Aku telah mendengar bahwa saudaraku itu
telah dibunuh dengan cara yang keji dan hal itu demi Allah. Maka kami
ridho atas kejadian itu dan aku akan bersabar dengan baik dan akan
mengharap pahala, insyaAllah.” Zubair kembali menghadap Rasulullah SAW
tentang kesabaran dan ketabahan yang ditunjukkan Shafiyah, dan dia
sampaikan perkataan ibunya itu kepada Nabi SAW. Maka Rasulullah SAW
bersabda kepadanya :”Biarkan dia pergi.”
Shafiyah bersikap tabah dan teguh. Dia
memandang Hamzah r.a Singa Allah dengan pandangan perpisahan seraya
berkata :”Semoga Allah melimpahkan pahalakepadamu dan mengampuni dosamu.
Kita adalah kaum yang terbiasa mengalami pembunuhan dan mati syahid.
Tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah.
Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan sesungguhnya kita akan
kembali kepada-Nya. Cukuplah Allah sebagai pelindungku dan Dia-lah
sebaik-baik Pelindung. Semoga Allah mengampuni dosamu dan dosaku serta
membalasmu dengan balasan bagi hamba-hamba-Nya yang mukhlis.”
Perang Uhud adalah ujian dan
pembersihan. Dengannya Allah menguji kaum mukminin dan membongkar kedok
orang-orang munafik yang menampakkan keimanan dengan lisan namun
menyembunyikan kekafiran di hati mereka. Dan hari dimana Allah Ta’ala
memuliakan para wali-Nya yang Dia kehendaki gugur sebagai syuhada’